Analisa sidik jari adalah sebuah metode pengukuran dengan pemindaian (scanning) sidik jari anak untuk mengetahui gaya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi, motivasi, karakter, dan gaya belajar anak.
Dalam ilmu Dermatoglyphics (ilmu tentang analisa pola sidik jari) yang diawali oleh Guard Bidloo pada tahun 1685, menemukan bahwa sejak usia kandungan (embrio) 13 minggu Pola sidik jari manusia telah terbentuk, dan akan lengkap di usia 24 minggu.
Secara Genetis sidik jari bersifat menetap dan spesifik pada proses perkembangan susunan saraf pusat, sehingga memiliki korelasi yang menentukan struktur otak yang dominan.
Kemudian diinterpretasikan secara psikologi untuk mengetahui kecenderungan BAKAT, KECERDASAN, KARAKTER, MOTIVASI, TEKANAN, TINGKAT KESTABILAN DIRI, DAN GAYA (BELAJAR, BERPIKIR, DAN BEKERJA) secara genetis.
Pembentukan pola sidik jari ini sangat berkaitan dengan perkembangan otak. Riset yang dilakukan seputar pengklasifikasian pola sidik jari dari sudut pandang antropologi, penelitian medis seputar hubungan pola sidik jari tertentu dengan indikasi kelainan mental dan kesehatan.
Riset statistik kalangan psikolog seputar hubungan pola sidik jari dengan kondisi mental dan kecerdasan, memberikan kontribusi atas lahirnya fingerprint analysis biometric system ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi biometrics, pembuatan aplikasi dan penggunaan teknologi semakin memberikan harapan yang lebih besar atas perkembangan sistem fingerprint analysis menjadi lebih akurat.
Analisa sidik jari memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode pengukuran lainnya (klaim akurasi 87%).
Sehingga aplikasi penggunaan ilmu analisa sidik jari dalam kehidupan sangat luas. Salah satunya adalah pada proses identifikasi forensik dan keamanan.
Proses analisa sidik jari simple, praktis, efisien, dan aplikatif. Bisa digunakan untuk segala usia segala kondisi dengan waktu yang relatif singkat.